Selasa, 29 Oktober 2013

Browse Manual » Wiring » » » » » » Perkembangan Seni Pada Zaman Klasik

Perkembangan Seni Pada Zaman Klasik


PERKEMBANGAN SENI RUPA PADA ZAMAN KLASIK
Perkembangan seni rupa zaman klasik didasari atas berkembangnya kebutuhan dan kepercayaan. Kepercayaan yang hidup pada zaman prasejarah berkembang pesat pada zaman klasik.  Kepercayaan  awal  pemujaan  terhadap  arwah  (roh  nenek  moyang)  berkembang menjadi kepercayaan kepada para dewa. Kebutuhan sarana  ibadah baik  bentuk  dewa maupun tempat  peribadatan  menjadi alasan mereka menciptakan karya seni rupa, berupa kuil, candi, vihara, dan patung-patung perwujudan dari dewa dan dewi, serta piramid. Didorong oleh perkembangan ilmu dan teknologi, serta ditemukannya bahan logam, menjadikan karya-karya mereka mencapai tahap perkembangan yang dapat mencapai puncak (klasik).
Seni rupa pada zaman klasik ini di seluruh dunia hampir mengalaminya, di Yunani, Romawi, Mesir, India, Mesopotamia, dan Indonesia. Perbedaanya hanya terletak pada waktu. Bisa diambil Seni Klasik di Mesir dengan didasari pada pemujaan terhadap dewa. Firaun sebagai  raja  yang  dipercaya  turunan  dewa,  maka  setelah  meninggal  dipatungkan  dalam wujud dewa. Pemujaan terhadap Firaun setelah mati bukan sekedar dipatungkan, tetapi juga dibuat  mummi  (mayat  yang  diawetkan).  Mummi  ini  didasari  atas  kepercayaan  bahwa manusia setelah mati rohnya akan bersemayam  melindungi manusia yang  hidup asalkan jasadnya diawetkan. Kebutuhan kepercayaan itulah maka dibuat mummi. Karya seni bentuk lain adalah piramid. Piramid adalah tempat makam Firaun. Piramid ini merupakan karya klasik dan monumental.
Pada bagian tempat menyimpan mummi, didalam piramid dibuat kamar (cela): Pada Dinding cela ini digambarkan si mati ketika semasa hidupnya dan kendaraan kapal sebagai kendaran roh si mati menuju nirwana. Karya seni rupa yang lahir adalah relief. Di depan piramid dibangun pintu gerbag (pylon) yang diapit oleh dua tugu (obelix), yang terbuat dari batu utuh dengan ketinggian puluhan meter. Dibelakangnya dibuat patung yang berbadan singa berkepala manusia (sphink), yang mengandung makna simbolis.

Piramid,  patung,  tugu,  dan  sphink,  serta  mummi  adalah  karya  seni  rupa  yang mencapai tahap klasik (puncak) karya seni rupa mesir. Itu semua didasari oleh kebutuhan kepercayaan. Contoh lain seni rupa klasik yang lahir di Yunani dan Romawi. Karya seni rupa mereka mencapai klasik sebab menciptakan karya-karya yang monumental seperti kuil, patung dewa dewi, dan tempat olahraga olimpiade. Karya-karya  mereka  pun  lahir  didasari oleh  kebutuhan  kepercayaan  kepada  para dewa. Dewa-dewa diciptakan dalam bentuk patung manusia yang sempurna dalam bentuk fisik (idial). Lahirlah patung dewa Zeus, Dewa Appolo, Dewa Olahraga, dan dewa - dewa lainnya dalam bentuk patung yang menggunakan bahan batu, logam dan emas. Ketelitian, keuletan, kesungguhan dalam membuat patung sangat telliti dan tinggi, sehingga melahirkan karya-karya patung yang sempurna (klasik).
Selain patung seni rupa yang didasari kepercayaan terhadap dewa ini berupa sarana ibadah atau kuil. Kuil-kuil ini mencapai tahap klasik sebab didukung oleh tiang-tiang yang indah dan dihiasi dengan patung-patung dewa dan relief yang agung. Karena teknik yang tinggi dan kecermatan yang luar biasa, maka terciptalah kuil-kuil yang monumental (klasik). Seni klasik yang lahir di Indonesia, didasari oleh kepercayaan agama Hindu dan Budha. Ajaran agama Hindu yang percaya kepada para Dewa melahirkan perwujudan dewa-dewa dalam bentuk patung, dewa syiwa, dan brahma. Raja dianggap sebagai turunan dewa, maka raja  biasanya  dipatungkan  dalam  wujud  dewa.  Tempat  pemakaman  para  raja  biasanya dibuatkan bangunan candi asal kata dari Candika (Dewa Kematian). Dinding bangunan candi dihias dengan relief yang berisi ajaran agama. Patung, relief dan candi yang dibangun untuk kebutuhan kepercayaan di Indonesia mencapai tahap klasik dan monumental seperti Candi Prambanan, Borobudur dan Penataran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar